Penggunaan Bahasa Indonesia
Secara Baik dan Benar
Bahasa
Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti
di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola
hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu
terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah,
dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah
digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan
norma bahasa.
Bahasa
Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan
aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu
meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat,
kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan
digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten,
pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah
bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar/tidak
baku.
Oleh
karena itu, kaidah yang mengatur pemakaian bahasa itu meliputi kaidah
pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf,
penataan penalran, serta penerapan ejaan yang disempurnakan.
Contoh
percakapan seoarang mahasiswa dengan dosen
Mahasiswa
: Permisi Pak, saya ingin bertanya mengenai tugas minggu lalu, karena saya
belum mendapat konfirmasi ulang dari Bapak
Dosen :
Kamu sudah mengirim tugas tersebut ke email Saya?
Mahasiswa
: Sudah Pak Dosen : Baiklah, nanti Saya periksa kembali
Mahasiswa
: Terima kasih Pak
Menurut
saya dari percakapan tersebut sudah menggunakan susunan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar, karena sesuai denagn waktu, tempat, dan situasinya. Disini
mahasiswa menyadari dengan siapa dan dimana Ia sedang bicara jadi Ia
menyesuaikan susunan kaliamat yang Ia gunakan.
Bahasa sebagai alat Komunikasi.
Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai
oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman
dengan kita.
Sebagai alat
komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan
kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia
mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan
masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan
tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan
yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin
terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi,
kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca
atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita
menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak
sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita
gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah
“bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang
dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah
dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami
dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah,
wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya,
kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya,
nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
Bahasa sebagai
alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat
untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut
pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita,
pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik
sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.
Analisa : bahasa sangat melekat
pada diri manusia walau banyak bahasa tetapi persatuan tetaplah nomer satu. Dan
bahasa juga sangat di butuhkan untuk berkomunikasi kepada manusia lainnya
secara lisan maupun tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar